Kamis, 29 November 2012

ilmu sosiologi


A.      GEORGE SIMMEL
Dampak pemikiran Georg Simmel (1858-1918) pada teori sosiologi Amerika, maupun teori sosiologi pada umumnya, sangat berbeda dengan dampak yang ditimbulkan pemikiran tiga teoretisi yang telah dijelaskan sebelumnya . Marx, Durheim, dan Weber, kendati kemudian menjadi cukup penting, memberikan pengaruh yang relatif kecil terhadap teori  Amerika pada abad ke-20. Simmel lebih dikenal oleh sosiolog Amerika awal. Simmel tenggelam di bawah nama-nama Marx, Durkheim, dan Weber, kendati kini ia jauh lebih berpengaruh daripada pemikir klasik seprti Comte dan Spencer. Beberapa tahun terahir, kita menyaksikan meningkatnya pengaruhSimmel pada teori sosiologi sebagai akibat dari meningkatnya pengaruh salah satu karya pentingnya, The Philosophy of Money (untuk analisis  karya ini, baca Poggi, 1993,1998).

B.      POKOK PERHATIAN
Diletakkannya sosiologi pada kategori psikologi mungkin menjadi salah satu alasan mengapa sosiologi Simmel terbukti menarik bukan hanya bagi interaksionis, namun juga bagi psikologi sosial.  Namun, sering kali dilupakan bahwa karya sosiologi mikro Simmel tentang bentuk-bentuk interaksi melekat pada teori yang lebih luas menyangkut hubungan antara individu dengan masyarakat yang lebih besar.

1.       Level dan Wilayah Perhatian
Simmel memiliki teori realitas yang jauh lebih rumit dan maju dari pada penilaian yang umumnya diberikan kepadanya di dalam sosiologi Amerik kontemporer. Tom Bottomore dan David Frisby (1978) menyatakan ada empat level dasar perhatian dalam karya Simmel.
Pertama, asumsi mikro tentang komponen-komponen psikologi kehidupan sosial.
Kedua, pada skala yang lebih luas, minatnya pada komponen-komponen sosiologi dalam hubungan antarpribadi.
Ketiga, yang paling makro, karyanya tentang struktur, dan perubahan, dalam  “semangat” sosial dan budaya pada zamannya.

Simmel terkenal sebagai tokoh sosiologi formal yaitu Ia beranggapan bahwa Ia harus mempelajari bentuk-bentuk daripada interaksi social dan bukan mempelajari isi dari hubungan atau interaksi social.

Ø  Pemikiran Dialektis
            Simmel menggunakan pendekatan dialektis didalam mengembangkan sosiologinya, yang mengaitkan hubungan social yang dinamis dan hubungan social di dalam konflik-konflik. Individu adalah produk dari masyarakat, melalui analisanya dia menekankan hubungan dan ketegangan yang terjadi antara individu dan masyarakat. Sebagai produk masyarakat, individu merupakan mata rantai di dalam proses social. individu yang tersosialisasikan di dalam kehidupan masyarakat, selalu memiliki hubungan yang bersifat dualistis, Disatu pihak dia merupakan anggota masyarakat dan disosialisasikan didalam masyarakat tersebut, tetapi pada waktu yang sama dia juga menentang masyarakat itu sendiri. Individu pada saat bersamaan, berada didalam dan diluar masyarakat. Dia eksis bagi masyarakat maupun bagi dirinya sendiri.
            Dialektis yang dimaksud disini yaitu individu mengalami suatu kebingung dalam menentukan pilihan, dimana individu merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi, tetapi di lain sisi individu tersebut mempunyai kepentingan atau keinginan yang tidak sesuai dengan norma tersebut. Sebagai contoh konkrit yaitu pada system masyarakat Bali (jaman dahulu karena sekarang sudah luntur) dianjurkan untuk menikah dengan seseorang yang memiliki kasta yang sama, tetapi karena sudah terlanjur cinta kepada seseorang yang memiliki kasta lebih rendah, Individu tersebut tetap menikahi seseorang yang dicintainya dan melanggar aturan yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini menggambarkan suatu individu yang hidup dalam masyarakat, mensosialisasikan dirinya pada masyarakat tersebut, tetapi dilain pihak individu juga menentang aturan-aturan yang ada dalam masyarakat tersebut.
Ø  Interaksi social
Dalam interaksi masyarakat Simmel lebih menekankan tentang bentuk-bentuk interaksi social. Simmel membedakan antara isi dan bentuk dari hubungan social, kata Simmel isi dan bentuk dari hubungan social merupakan dua gejala yang berbeda dan sebaiknya di pandang sebagai bagian yang masing-masing berbeda pula.

Simmel tertarik untuk mengisolasikan bentuk atau pola dimana proses interaksi itu dapat dibedakan dari isi kepentingan, tujuan, atau maksud tertentu yang sedang dikejar melalui interaksi itu. Sebagai suatu analogi, matematika adalah studi mengenai hubungan formal antara jumlah-jumlah dan proses-proses logis yang dapat diterapkan pada hubungan-hubungan itu tanpa isi tertentu apapun. Geometri juga berhubungan dengan pelbagai jenis pola ruangan (spatial) serta hubungannya yang terlepas dari isi materil tertentu. Simmel menggagas dalam suatu bayangan mengenai geometri kehidupan social, dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk yang dapat diabstraksiakan dari proses interaksi yang berlangsung terus dan dianalisa terlepas dari isinya.
Isi kehidupan social meliputi: insting erotic, kepentingan objektif, dorongan agama, tujuan membela dan menyerang, bermain, keuntungan, bantuan atau instruksi, dan lain-lain yang menyebabkan orang untuk hidup bersama dengan orang lain, untuk bertindak terhadap mereka, bersama mereka, melawan mereka, … untuk mempengaruhi orang lain dan untuk dipengaruhi oleh mereka.
Sedangkan menurut bentuk-bentuk sosiasi menurut Simmel yaitu: superioritas dan subordinasi, kompetisi, pembagian kerja, pembentukan partai, perwakilan, solidaritas ke dalam, disertai dengan sifat menutup diri terhadap orang luar, dan sebagainya….” Bentuk ini bisa dimanifeskan dalam negara. Dalam komunitas agama, dalam komplotan, dalam suatu asosiasi ekonomi, dalam sekolah kesenian, dalam keluarga”.
Bentuk-bentuk interaksi social
1.      Sosiabilita
Merupakan interaksi yang dipisahkan dari isinya, interaksi yang murni tanpa tujuan. Misalnya silaturahmi, dimana dalam silaturahmi orang akan berinteraksi, tetapi interaksi mereka tidak terbatas pada masalah praktis sehari-hari.
2.      Hubungan seksual
Contoh yang membedakan antara bentuk dan isi diberikan oleh Simmel adalah pacaran atau hubungan seksual. Sebagaimana sosiabilita merupakan bentuk otonom atau bentuk “bermain” dari sosiasi, pacaran adalah bentuk otonom atau “bermain” dari dorongan-dorongan erotic atau insting. Hubungan pacaran ditandai oleh suatu keseimbangan yang harmonis antara kedua ekstrem itu. Masing-masing pihak akan menampilkan perilaku yang merangsang dengan memberikan kesan daya tarik seksual yang ada pada waktu itu, dan sekaligus dengan caranya sendiri menahan untuk berbuat atau menuntut suatu kesungguhan yang tegas. Dengan cara ini mereka bisa menikmati bentuk  hubungan seksual yang menarik dan memuaskan diri tanpa memasukkan isi dari hubungan seperti itu.
3.      Superordinasi dan subordinasi
Bentuk ini menggambarkan strateginya dalam bentuk formal. Meskipun bentuk-bentuk ini nampaknya mencakup arus satu arah , Simmel berpendirian bahwa elemen-elemen yang penting dalam sosiasi yaitu interaksi timbal-balik. Superordinat memperhitungkan kebutuhan kebutuhan subordinat, meskipun hanya bertujuan mengontrol, tetapi dalam hal ini superordinat dipengaruhi oleh subordinat. Perilaku superordinat dan subordinat tidak merupakan manifestasi belaka dari karakteristik pribadi atau kemauan individu belaka tetapi perilaku ini mencerminkan tenggelamnya sebagian kepribadian pada pengaruh bentuk social.
                                    Pengaruh jumlah pada bentuk social

Perhatian Simmel yang berhubungan dengan bentuk-bentuk social adalah analisanya mengenai pentingnya jumlah terhadap hubungan social dalam organisasi social. yang mendasari analisa Simmel adalah bahwa begitu jumlah orang yang terlibat dalam interaksi berubah, maka bentuk  interaksi mereka pun berubah dengan teratur dan dapat diramalkan.
-          Bentuk duaan
Bentuk ini memperlihatkan cirri khas tertentu yang sifatnya unik yang tidak terdapat dalam satuan social apa pun yang lebih besar. Keunikannya yaitu semua orang percaya bahwa rahasia dapat dijaga oleh satu orang saja, tidak lebih dari itu. Karena setiap orang dalam suatu kelompok duaan hanya beradapan dengan satu orang saja, maka kebutuhan tertentu keinginan dan karakteristik pribadi dari teman lain itu dapat ditanggapi dengan lebih sungguh-sungguh daripada yang mungkin dibuat oleh kelompok yang lebih besar. Hubungan duaan tidak selalu disertai perasaan positif, dalam situasi konflik, apaun sebab dan masalahnya, hubungan yang intim justru akan membuat konflik lebih parah. Juga pun apabila tidak konflik terbuka hubungan duaan ini kadang-kadang mudah retak karena pelan-pelan hubungan mereka tidak lagi memperlihatkan hubungan yang khas duaan, tetapi mereka tetap ada dalam hubungan itu.  Bentuk duaan ini contohnya yaitu suami istri,
-          Bentuk tigaan